gravatar

where is the phone ? (end)

Setelah semua murid kembali ke kelas masing-masing, tak lama kemudian guru datang dan pelajaran pun dimulai. Arsyad tidak begitu mendengarkan pelajaran yang diterangkan guru saat itu, matanya terus saja menatap keluar kelas. Pemuda itu terus saja memandangi pintu kantor guru yang berada diseberang kelasnya. Tampaknya Arsyad sedang menunggu seseorang, Listya tepatnya. Sekitar 10 menit kemudian, Listya terlihat keluar dari kantor guru dan mulai berjalan menuju kelasnya. Arsyad yang sepertinya sudah menunggu kesempatan tersebut pun segera bergegas keluar dari kelas dengan beralasan ingin ke kamar mandi. Ia lalu menghampiri Listya.


''Aku sudah tau pelakunya,'' ucap Arsyad.

''Benarkah??'' seru Listya dengan wajah yang berseri.

''Ya. Tidak hanya itu, sepertinya aku juga sudah tau dimana handphonemu berada,'' jawab Arsyad.

''Sungguh?! Dimana kalau boleh tau, Syad?''

''Masih di dalam kelas,'' kata Arsyad singkat.

''Tapi bukankah OSIS sudah memeriksa semua tas dan laci meja?'' tanya Listya.

Arsyad hanya tersenyum. ''Sepulang sekolah nanti, temui aku di depan gerbang sekolah. Kita tangkap pelakunya berdua,'' lanjutnya masih dengan tersenyum.

Keduanya kemudian berpisah dan kembali kekelas masing-masing. Sisa siang itu pun terasa sangat cepat bagi Arsyad.

Saat bel pulang sekolah berbunyi, Arsyad segera bergegas pergi ke gerbang sekolah. Rama yang tadi sempat melihat pertemuan Arsyad dengan Listya, mencoba mengejar Arsyad. Di depan gerbang, Rama akhirnya berhasil mengejar Arsyad.

''hei, ke..kenapa buru-buru sih?'' tanya Rama yang masih sedikit terengah-engah.

''Gak apa-apa, kok'' jawab Arsyad.

''Oiya, kau dan Tia tadi ngomongin apaan?'' tanya Rama.

''Aku cuma memberitahu dia kalau aku sudah tahu siapa pelakunya, dan kami berencana menangkapnya setelah pulang sekolah,'' jelas Arsyad.

''Benarkah? Kau sudah tau? Siapa, Sad? Gilbert kan? Pasti dia, kan?'' seru Rama yang tampaknya sangat yakin pelakunya adalah Gilbert.

''Sayangnya bukan. Bukan Gilbert pelakunya,'' ucap Arsyad singkat.

''Lalu siapa?'' tanya Listya yang ternyata telah berdiri dibelakang Arsyad dan Rama.

''Kau sudah datang, ya. Kalau begitu kita tunggu sampai sekolah agak sepi..!'' kata Arsyad.

Lima belas menit kemudian, sekolah telah tampak sepi. Rama yang sudah tidak sabar menunggu, bertanya pada Arsyad. ''Berapa lama lagi kita harus menunggu, Syad?''

''Sepertinya sudah cukup. Ayo ke kelasmu, Tya!'' ajak Arsyad. ''Sebenarnya kuncinya adalah sesuatu yang ada disekitar resleting tas milikmu. Kau merasakannya tidak, Tya?'' Arsyad mulai menjelaskan.

''Umm, disekitar resleting tas ya?'' Listya tampak mengingat-ingat sesuatu. ''Lengket. Iya, lengket. Waktu aku mau buka tas ku, terasa agak lengket disekitar resletingnya'' kata Listya kemudian.

''Ya, kemungkinan sebelum pelakunya mengambil Handphone, dia sedang melakukan aktivitas yang berhubungan dengan lem atau semacamnya sehingga sisa-sisa lem yang ada di jari pelaku sempat menempel disekitar resleting saat si pelaku mencoba membuka tas'' jelas Arsyad.

''Oh, begitu ya. Berarti pelakunya antara Dodik atau Alisa..hmm..tapi bukankah Heru juga agak aneh. Dia menghabiskan waktu terlalu lama untuk sekedar mengambil uang sakunya yang ketinggalan,'' seru Rama mencoba menganalisa.

''Heru memang tidak hanya mengambil uang saku waktu itu,'' jawab Arsyad.

''Berarti dia ya pelakunya?'' tanya Rama penasaran.

''Bukan dia,'' jawab Arsyad singkat. "Dia memang melakukan hal lain selain mengambil uang saku, tapi itu tidak ada hubungannya dengan kasus ini. Kalian bisa menanyakannya pada Alisa nanti," tambah Arsyad yang semakin membuat kedua orang yang berjalan disampingnya penasaran. ''Setelah mengambil handphone, si pelaku kemudian menyembunyikannya di tempat yang tidak terduga,'' lanjut Arsyad mengembalikan topik pembicaraan.

''Dimana? Siapa? Arrrggh...lama-lama kau membuatku gila, Sad..'' teriak Rama yang sangat ingin tau.

Ketika mereka bertiga sampai disamping depan pintu kelas Listya, Arsyad menghentikan langkahnya tiba-tiba.

''Ada apa?'' tanya Listya yang juga menghentikan langkahnya.

''Pelakunya menyembunyikan handphone itu di bawah bangkunya. Caranya, setelah handphone tersebut berhasil di ambil dan dimatikan, si pelaku kemudian membungkusnya sedemikian rupa dan menempelkan bungkusan tersebut di sisi bangku bagian bawah dengan semacam sealtip atau boubletip. Karena karakteristik bangku disekolah ini agak berbeda -yaitu setiap sisi yang menghubungkan kaki-kaki bangku sedikit tertutup- maka memberi cukup ruang untuk menyembunyikan sesuatu di tempat itu'' Ucap Arsyad tiba-tiba.

''Oh, benar juga. Aku juga sering menyembunyikan bekas permen karet di situ'' kata Rama.

''Kalau begitu pelakunya adalah..'' kata Listya yang buru-buru dipotong Arsyad.

''Ya, dia membungkus handphone itu dengan kertas sampul berwarna cokelat agar tidak terlalu mencolok -karena bangku selah juga berwarna cokelat- dan menyembunyikannya ditempat tersebut..''

''Jadi pelaku yang mengambil handphone milik Listya adalah,'' Seru Arsyad bersamaan dengan keluarnya seorang murid dari kelas Listya. ''Kau, Dodik,'' Arsyad menunjuk murid yang baru saja keluar dari kelas yang ternyata adalah Dodik.

''Kau ini bicara apa, Syad?!'' teriak Dodik.

''Udahlah, jangan pura-pura. Kembalikan handphonenya cepat, sebelum tanganku yang bertindak nih..!!'' seru Rama.

''Jadi kalian masih menuduhku? Bukan aku pelakunya!!'' sanggah Dodik.

''Lalu kenapa kau masih ada di kelas sampai jam segini?'' tanya Arsyad yang tetap tenang.

''Ee..itu, itu.. Aku mengambil barangku yang tertinggal'' jawab Dodik yang terlihat mulai berkeringat.

''Sudahlah Dik, aku sudah tau semuanya," Arsyad terlihat yakin. "Aku mengetahuinya saat aku meminjam pulpenmu. Pulpen tersebut terasa sedikit lengket sama seperti pada resleting tas milik Listya,'' jelas Arsyad. ''Jika kau tetap tidak mau mengaku, tidak apa-apa. Tapi izin kan kami memeriksa tasmu sekali lagi..!!'' tambahnya.


Dodik yang gugup dan berkeringat tampak sedang berpikir sejenak. Namun kemudian, ia tertunduk lesu. Dodik lalu membuka tas miliknya dan mengeluarkan sebuah bungkusan. Bungkusan tersebut kemudian diberikan kepada Listya. ''Maaf Tya, memang aku lah yang mengambil handphonemu," aku Dodik. "Aku terpaksa. Adikku sedang sakit, dan orangtuaku tidak punya cukup uang untuk memeriksakannya ke dokter..''

Listya menerima bungkusan itu dan membukanya sehingga terlihatlah benda berbentuk kotak dengan gantungan boneka panda diujungnya yang sangat dikenali wanita itu.

''Apa kalian akan melaporkanku?'' tanya Dodik dengan cemas. ''Kumohon jangan,'' pintanya. ''Setelah kehilangan kakinya, ayahku tidak bisa bekerja lagi. Jadi akulah yang menggantikan posisinya sekarang..''

''Kehidupanmu memang berat, aku mengerti. Tapi bukan berarti kau boleh melakukan hal seperti itu,'' kata Arsyad sambil memandang mata Dodik yang mulai berkaca-kaca.

''I..iya, aku tau. Aku sangat menyesal,'' kata Dodik lirih. ''Maafkan aku,'' tambahnya yang kini diselingi dengan isakan.

''Karena handphoneku sudah kembali dan kamu pun telah menyesali perbuatanmu, tidak ada alasan untuk melaporkanmu, Dik,'' kata Listya dengan mata yang juga berkaca-kaca.

''Te..teri..ma kas..sih, Tya,'' terlihat Dodik mengatakannya sambil sesenggukan menahan tangis.

''Kau baik sekali, Tia,'' seru Rama dengan muka yang telah dibasahi air mata dan ingus.

''Hentikan wajah anehmu itu, Ram!'' kata Arsyad yang menganggap mimik wajah sedih Rama lebih terlihat sebagai mimik yang mengerikan dan aneh.

Keempatnya pun berjanji akan merahasiakan hal itu. Kemudian mereka akhirnya pulang kerumah masing-masing. Dirumah, Arsyad tiba-tiba mendapat sebuah panggilan telpon.

''Sad, aku terus kepikiran. Jika Dodik pelakunya, lalu kenapa Gilbert bersikap begitu aneh,'' teriak suara dari balik ujung telepon saat Arsyad mengangkatnya. ''Sebenarnya apa yang ada di dalam tasnya?'' tanya suara itu kemudian.

''Aku tidak tau kenapa, tapi yang pasti benda yang ada di dalam tasnya itu adalah sebuah PSP,'' jawab Arsyad yang tampaknya sangat mengenali suara sahabatnya itu.

''Ooh, PSP..'' seru Rama. ''Hmm...pasti karena si gendut itu khawatir teman-teman akan meminjam PSPnya jika mereka tau. Yah..aku paham perasaannya mengingat minggu lalu Pro-yo nya hancur dengan sempurna karena anak-anak yang meminjamnya kurang berhati-hati..''

''Aku dengar, kau adalah salah satunya,'' kata Arsyad ringan.

Diujung telpon terdengar kekehan Rama yang kemudian menutup teleponnya.

Sementara dirumah Alisa tepatnya dikamar, tampak wanita berambut lurus panjang duduk dikursi belajarnya. Mukanya kemerahan seperti orang yang baru saja tersipu. Mungkin itu akibat surat yang baru ia baca. Surat dengan amplop berwarna merah muda dengan gambar 'heart' ditengah penutupnya membuat wanita itu tersipu malu dan kadang tertawa kecil saat membaca isinya. Alisa baru pertama mendapat surat cinta sehingga ia agak sedikit kaget pada awalnya, mamun kemudian tampak sangat berbunga-bunga ketika tau si pengirim adalah orang yang ia suka. Di akhir kalimat surat tersebut tertulis dengan jelas disamping kanan bawah, nama pengirimnya Heru Satria.



***
CASE CLOSED
sampai jumpa di kasus berikutnya...

Cuap-cuap

Entri Populer

The Republic of Indonesian Blogger | Garuda di Dadaku