gravatar

Pahlawan Eteos (6)

Sisa perjalanan mereka pun akhirnya dihabiskan Amie untuk menceritakan awal mula berdirinya desa Green Way yang sekarang sedang mereka jelajahi. Menceritakan kisah heroik Panglima Avereos Green dari kerajaan Meyrald yang bertarung gagah berani melawan ratusan Juggre demi mempertahankan daerah kekuasaan Meyrald yang paling barat--sekarang daerah tersebut menjadi desa Green Way-- serta tak lupa Amie juga menunjukan monumen Avereos sang pahlawan yang berada di tengah desa ketika mereka melewatinya.

Akhirnya langkah mereka berhenti tepat di depan sebuah rumah kayu besar yang tampak lebih terawat jika dibandingkan dengan rumah-rumah kayu yang mereka lewati di perjalanan. Pastilah disitu tempat tinggal ayahnya, pikir Franky. Kemudian Amie membuka pagar rumah tersebut dan mulai berjalan menuju pintu. Franky mengikutinya dari belakang sambil melihat-lihat halaman depan yang tidak terlalu luas namun tampak begitu hijau dan nyaman. Meski di beberapa sisi tembok rumah telah ditumbuhi tanaman rambat yang memberi kesan tua pada rumah tersebut, namun di bagian terasnya sangat bersih dan jauh dari kata tua. Franky kemudian melemparkan pandangannya kembali kedepan dan terlihatlah pintu--yang lagi-lagi dihiasi dengan ukiran gambar anak-anak kecil yang sedang mengejar seekor kucing--telah terbuka. Pemuda tersebut kemudian masuk mengikuti Amie.

Sunyi dan dingin. Begitu suasana yang timbul ketika memasuki ruang tamu rumah tersebut. Namun kaki-kaki mereka tidak berhenti dan terus melangkah jauh lebih dalam, menuju entah kemana. Mata Franky tak henti-hentinya mengekplorasi setiap ruangan yang mereka masuki. Saat tiba disebuah ruangan yang sepertinya adalah ruang keluarga, Franky melihat sosok pria yang pernah samar-samar ia lihat sesaat sebelum dirinya pingsan ketika tiba di desa. Gusettav Yuvanocca Panini atau biasa dipanggil Tuan Panini, kepala desa Green Way. Masih dengan setelan taksido tuanya--yang kini berwarna coklat gelap--serta tongkat hitam kebesarannya, Pria itu berdiri menghadap perapian membelakangi Franky dan Amie. Tampaknya Panini tidak menyadari kedatangan mereka.

''Tuan Panini..? Kau baik-baik saja..?'' panggil Amie.

''Oh, kalian. Yah, aku baik-baik saja. Maaf, aku terlalu terbawa suasana rumah ini''. Jawab Panini yang segera berbalik ke arah Franky dan Amie. Tangan kirinya sempat terlihat sedang meletakkan sebuah bingkai photo keatas tempat perapian ketika berbalik.

''Ohh, syukurlah. Kalau begitu aku akan pergi kedapur untuk membuatkan minuman''. Kata Amie yang kemudian berbalik dan pergi menuju dapur.

''Terima kasih Amie. Ayo..duduklah Franky'' ucap Panini mempersilahkan duduk.

''Setiap kali masuk kerumah ini, aku selalu teringat mereka. Bermain catur bersama William. Lalu menikmati teh phidelya buatan Asya. Sungguh menyenangkan menghabiskan sore bersama mereka...hmm..meski aku tahu kini sudah sepuluh tahun sejak masa-masa indah itu, namun tetap saja terasa seperti baru kemarin''. lanjut Panini yang menceritakan kenangannya bersama orangtua Franky.

''Jadi sekarang ayahku tidak disini ya?'' Tanya Franky menanggapi cerita Panini.

''Tentu saja dia disini. Semangatnya selalu ada dirumah ini...selamanya..'' Jawab Panini lirih di akhir kalimat.

''Apa maksudmu? Aku sama sekali tidak mengerti''.

''Begini Franky, kedua orangtuamu adalah sahabat terbaikku. Namun mereka gugur dalam perang Eteos sepuluh tahun silam. Maaf, harusnya aku tidak mengijinkan mereka ikut dalam peperangan itu..''

''Tapi tapi...bukankah ibuku meninggal waktu melahirkanku, dan ayahku masih hidup kan sampai saat ini?'' Tanya Franky tak percaya.

Panini hanya menggeleng.

''Sepertinya belum ada yang memberitahumu tentang kenyataan ini. Sekali lagi aku minta maaf Franky''. Kata Panini yang terlihat sangat menyesal entah karena apa.

Keduanya kemudian terdiam. Ruangan itu pun kembali sunyi. Mereka tenggelam dalam pemikiran masing-masing.

''Silakan diminum tehnya''. Kata Amie memecah lamunan dua pria tersebut.

''Iya, terima kasih Amie''. Sahut Panini.

''Uhm..Tuan Panini, jika tidak ada tugas lagi apakah boleh saya pergi ketempat Griss?''

''Tentu Amie. Kau boleh pergi kesana. Hari ini kau sudah banyak membantuku''. Jawab Panini sambil tersenyum.

''Terima kasih Tuan Panini, kalau begitu saya permisi dulu''. Kata Amie yang kemudian meninggalkan kedua pria itu.

''Sepuluh tahun yang lalu berarti satu tahun setelah ayah memutuskan untuk pergi bekerja ke Inggris.. Aku tidak menyangka, aku kira ayah meninggalkanku. Tapi tunggu sebentar, bagaimana dengan surat itu..yah surat itu membuktikan kalau ayah masih hidup''. Pikir Franky dalam hati mencoba merunut dan melogika kenyataan yang terjadi.

''Lalu bagaimana dengan surat dari ayah beberapa hari yang lalu?'' Tanya Franky.

''Surat? Surat apa?'' sahut Panini yang sepertinya tidak mengetahui perihal surat tersebut.

''Saat aku berulang tahun beberapa hari yang lalu, ayah mengirimkan surat untukku. Ia mengucapkan selamat dan memberitahu bahwa ibu meninggal bukan saat melahirkanku lalu menyuruhku datang ke tempatnya dan ia berjanji akan menjelaskan semuanya''. Jelas Franky

''Benarkah..? Jadi itu yang membuatmu kesini. jika surat itu memang benar dari ayahmu pastilah ia menggunakan jasa pengiriman tunda milik keluarga Dufflegrimt. Tapi aku menyanksikan William akan menggunakannya. Jadi menurutku, bisa saja itu adalah surat palsu''.

Cuap-cuap

Entri Populer

The Republic of Indonesian Blogger | Garuda di Dadaku