Archives

gravatar

Kutipan "Cinta" -Kahlil Gibran-





Kenapa kita menutup mata ketika kita tidur??


ketika kita menangis??



ketika kita membayangkan??



itu karena hal terindah di dunia tak terlihat,

ketika kita menemukan seseorang yang keunikannya sejalan dengan kita,

kita bergabung dengannya dan jatuh kedalam suatu keanehan serupa yang dinamakan cinta...



cinta yang sebenarnya adalah ketika kamu menitikan air mata & masih peduli terhadapnya,

adalah ketika dia tidak memperdulikanmu dan kamu masih menunggunya dengan setia,

adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu masih bisa tersenyum dan berkata "aku turut berbahagia untukmu"

apabila cinta tidak bertemu bebaskan dirimu, biarkan hatimu ke alam bebas lagi...



kamu mungkin menyadari,

bahwa kamu menemukan cinta dan kehilangannya,

tapi ketika cinta itu mati kamu tidak perlu mati bersama cinta itu...



orang yang bahagia bukanlah mereka yang selalu mendapatkan keinginannya,

melainkan mereka yang tetap bangkit ketika mereka jatuh...

Read More...
gravatar

Pahlawan Eteos (8)

''Maaf Franky,'' ucap Panini penuh penyesalan dan tergambar jelas pada muka kusutnya. ''Saat aku tiba ditempat itu, aku hanya menemukan tubuh ibumu,'' nafas Panini sempat tertahan ketika mengatakannya.


''Ia terluka sangat parah, namun ia masih dalam keadaan sadar. Aku -sungguh- ingin langsung membawanya pada para penyembuh, tapi ibumu bilang itu tidak perlu,'' lanjut Tn. Panini.

''Syarah lalu menceritakan semua perihal tentang kejadian ditempat itu. Tentang Corffin -yang terbelenggu dalam pedang Afromesia- dan tentang tubuh ayahmu yang lenyap setelah melakukan perjanjian untuk membelenggu Corffin,'' jelas Panini masih dengan wajah kusutnya.

Franky sangat terkejut mendengar penjelasan dari Tn. Panini. Terutama ketika mengetahui kenyataan itu dari mulut sahabat kedua orangtuanya. Sahabat yang malah lebih memilih mendengarkan cerita ibunya meski ia tau wanita tersebut dalam keadaan sekarat daripada berusaha membopongnya menuju -sesuatu yang disebut sebagai- para penyembuh yang pastinya akan jauh lebih membantu.

Lagipula bukankah Tn. Panini bisa menunggu hingga ibu Franky baikan untuk mendengar ceritanya. Sekejap raut wajah Franky memerah menyiratkan kemarahan. Seolah-olah lelaki yang duduk didepannya tersebut ikut bertanggung jawab atas kematian ibunya.

''Anda sungguh melakukannya?'' tanya Franky dengan nada yang tinggi. ''Membiarkan wanita sekarat bercerita didepan mata anda..!'' kini Franky mulai berteriak.

''Sungguh aku tak ingin membiarkannya.''

''Seandainya kau tau keadaan saat...''

''Maka beri tau aku!!'' bentak Franky. ''Bukankah anda sahabatnya? Jika ayahku saja berani mengorbankan nyawanya demi dunia ini, kenapa anda tidak?''

''Anda hanya perlu mengorbankan sedikit tenaga anda untuk membawa tubuh ibu kepada mereka, para penyembuh -atau apalah itu sebutannya,'' teriakan Franky semakin menjadi. ''Apa itu terlalu berat?''

''CUKUP,'' bentak Tn. Panini yang telah berdiri. ''Cukup Franky!!''

''Aku juga telah mencobanya,'' kata Tn. Panini yang sudah sedikit lebih tenang. ''Jika saja ibumu tidak bersikeras menggunakan Crowd-nya untuk mengikat tubuhnya dengan tanah, aku pasti juga sudah membawanya kepada para penyembuh,'' jelas Tn. Panini sambil berusaha kembali duduk.

Keduanya terdiam. Masih terlihat sisa-sisa kemarahan diwajah Franky, namun tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut pemuda itu. Tn. Panini juga sama, pria itu sedang berusaha menata ketenangannya kembali. Kemudian waktu pun terasa begitu lambat. Sampai pada akhirnya sebuah suara memecahkan lamunan Franky dan Tn. Panini.

''Maaf jika kurang sopan tapi ada sesuatu yang ingin kami sampaikan padamu, Tn. Panini!'' kata seorang pria berwajah pucat yang telah berdiri di depan pintu ruangan.

''Ada apa, Neo?'' tanya Tn. Panini.

''Seorang anak dari keluarga Dolareon ditemukan tewas di perbatasan desa bagian utara dalam keadaan tidak wajar,'' jawab pria itu datar.

''Bisa kau pastikan penyebabnya?'' tanya Tn. Panini sambil berdiri dan mencoba membenarkan topinya.

''Kemungkinan ini ulah sekumpulan wigorr,'' jawab pria itu.

''Baiklah, kita bicarakan masalah ini dikantorku. Kau boleh keluar, Neo!'' perintah Tn. Panini yang disambut dengan langkah kaki pria bermuka pucat menuju pintu keluar.

''Franky, kita sambung pembicaraan kita lain waktu,'' kata Tn. Panini. ''Aku akan meminta Amie untuk mengantarmu ke makam besok,'' lanjutnya.

''Apa aku boleh tinggal disini?'' tanya Franky lirih. ''untuk beberapa waktu.''

''Ya, tentu saja,'' sahut Tn. Panini mengiyakan. ''Kau boleh tinggal dirumah ini selama yang kau mau. Lagipula secara teknis, ini adalah rumahmu sekarang.''

''Jika kau butuh sesuatu, panggil saja twigigt,'' tambah Tn. Panini sebelum berbelok ke pintu keluar.

Tepat sebelum menghilang dalam belokan, Tn. Panini tersenyum dan berkata pada Franky. ''Kau benar-benar mirip William waktu muda.''

Setelah Tn. Panini pergi, rumah itu kembali pada kebiasaan lamanya. Sunyi dan dingin. Tubuh Franky duduk dengan lesu diatas kursi baca milik ayahnya. Pikirannya melayang, mencoba mengulang kejadian hari ini. Kilasan-kilasan gambar dari mimpinya masih sesekali terlintas di mata pemuda itu. Dan ketika bagian dimana wajah pria berjubah hitam itu terlintas dikepalanya,  Franky merasa mual dan jijik,

Jauh di benak Franky, sebenarnya ia sedikit menyesal telah membentak Tn. Panini. Mungkin dia memang telah berusaha keras membujuk ibunya saat itu. Kemudian pikiran Franky melayang lebih jauh lalu berputar. Dan tak terasa pemuda itu telah terlelap, meski matahai di luar baru berada tepat diatas ubun-ubun. Suasana ruangan yang tenang dan dingin serta nyamannya kursi baca yang diduduki Franky, membuat pemuda berambut perak itu mengistirahatkan tubuh serta pikirannya sejenak.

***

Read More...
gravatar

Kata-kata mutiara para Penemu

Meskipun pada judul tertulis kata-kata mutiara dari para penemu, namun untuk kesempatan kali ini saya hanya menampilkan kata-kata mutiara dari 2 penemu favorit saya dulu.(.hhehe :p)
Berikut adalah beberapa kata-kata dari Edison dan Einstein yang menurut saya sangat memotivasi.


Thomas Alva Edison :

"Genius is one percent inspiration and ninety-nine percent perspiration." (Jenius adalah 1% inspirasi dan 99% keringat)

"Jangan kecewa apabila hasil yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan, Percaya bahwa semuanya adalah kesuksesan, bukan kegagalan."


"Mengapa saya punya banyak kesuksesan? kerena saya tahu banyak usaha yang gagal."


"If we did all the things we are capable of doing, we would literally astonish ourselves." (Jika kita melakukan semua yang dapat kita lakukan, kita benar akan membuat heran diri sendiri)

"Everything comes to him who hustles while he waits." (Segala sesuatu datang kepada orang yang berusaha keras ketika dia sedang menunggu)

"Manusia selalu menempuh jalan apapun untuk menghindari tugas berfikir."

"Saya memulai dari titik di mana orang lain tinggalkan."


Albert Einstein :

"Intuisi lebih penting daripada penjelasan. Imajinasi lebih penting daripada pengetahuan."

"God doesn't play dice." (Tuhan tidak bermain dadu)

"Gravitation cannot be held responsible for people falling in love." (Hukum gravitasi tidak berlaku terhadap orang yang sedang jatuh cinta)

"Terpuruk dalam masalah merupakan peluang hebat untuk kita."

"Tugas sains antara lain adalah untuk menemukan keindahan alam."

"Try not to become a man of success, but rather try to become a man of value." (Cobalah tidak untuk menjadi seseorang yang sukses, tetapi menjadi seseorang yang bernilai)

"A person starts to live when he can live outside himself." (Seseorang memulai untuk hidup ketika ia dapat hidup diluar dirinya)

"If the facts don't fit the theory, change the facts." (Jika fakta tidak sesuai dengan teori, rubahlah faktanya)

"Jika saya (Einstein) dapat mengajukan pertanyaan pada Tuhan, saya akan bertanya,"Kenapa dunia ini diciptakan?" Karena, dengan demikian saya akan mengetahui makna hidup saya sendiri."

"We can not solve problems by using the same kind of thinking we used when we created them." (Masalah penting yang kita hadapi kini tidak dapat kita pecahkan pada tingkat berpikir yang sama seperti ketika kita menciptakan masalah tersebut)

Read More...
gravatar

Thomas Alva Edison

Thomas Alva Edison adalah penemu dari Amerika dan merupakan satu dari penemu terbesar sepanjang sejarah. Edison lahir di Milan, Ohio, Amerika Serikat pada tanggal 11 Februari 1847. Ia anak bungsu dari tujuh bersaudara, buah perkawinan dari Samuel Ogden, keturunan Belanda dengan Nancy Elliot. Di masa sekolahnya, Edison kecil selalu mendapat nilai yang buruk. Oleh karena itu 3 bulan setelah Edison bersekolah, ibunya memberhentikannya dari sekolah. Ibu Edison yang pernah menjadi guru kemudian mengajar anaknya sendiri di rumah mulai dari belajar membaca, menulis dan berhitung. Ternyata anak ini dengan cepat menyerap apa yang diajarkan ibunya.


Di rumah  Edison kecil dengan leluasa dapat membaca buku-buku ilmiah dewasa dan mulai mengadakan berbagai percobaan ilmiah sendiri. Di usianya yang ke-12 ia mulai bekerja sebagai penjual koran, buah-buahan dan gula-gula di kereta api karena memahami kondisi ekonomi orangtuanya kala itu. Hebatnya, saat berjualan ia gemar pula melakukan berbagai eksprimen. Bahkan sempat menerbitkan koran Weekly Herald. Suatu ketika, saat bereksprimen, sebuah gerbong hampir terbakar karena cairan kimia tumpah. Kondektur amat marah dan menamparnya hingga pendengarannya rusak.

Kemudian ia menjadi operator telegraf, Ia pindah dari satu kota ke kota lain. Saat berada di New York, ia diminta untuk menjadi kepala mesin telegraf yang penting. Mesin-mesin itu mengirimkan berita bisnis ke seluruh perusahaan terkemuka di New York.

Pada tahun 1870 ia menemukan mesin telegraf yang lebih baik. Mesin-mesinnya dapat mencetak pesan-pesan di atas pita kertas yang panjang. Uang yang dihasilkan dari penemuannya itu cukup untuk mendirikan perusahaan sendiri. Pada tahun 1874 ia pindah ke Menlo Park, New Jersey. Disana ia membuat sebuah bengkel ilmiah yang besar dan yang pertama di dunia. Dari tempat itu juga lah Edison mendapat julukan penyihir Menlo Park.

Setelah itu ia banyak melakukan penemuan-penemuan yang penting. Pada tahun 1877 ia menemukan Gramofon. Di tahun 1879 ia berhasil menemukan lampu listrik. Kemudian ia juga menemukan proyektor untuk film-film kecil. Tahun 1882 ia memasang lampu-lampu listrik di jalan-jalan dan rumah-rumah sejauh satu kilometer di kota New York. Hal ini adalah pertama kalinya di dunia, lampu listrik di pakai di jalan-jalan. Pada tahun 1890, ia mendirikan perusahaan General Electric.

Edison dipandang sebagai salah seorang pencipta paling produktif pada masanya. Selama karirnya, Thomas Alva Edison telah mempatentkan sekitar 1.093 hasil penemuannya, termasuk bola lampu listrik, gramofon, dan kamera film. Namun sejarah ilmu pengetahuan mencatat, Edison sebenarnya menemukan 3000 penemuan selama hidupnya. Ia bahkan pernah menemukan 400 macam penemuan dalam masa 13 bulan.

Pada tahun 1928 ia menerima penghargaan berupa sebuah medali khusus dari Kongres Amerika Serikat. Edison meninggal di West Orange, New York, pada tanggal 18 Oktober 1931 pada usia 84 tahun tepat di hari ulang tahun penemuannya yang terkenal, bola lampu modern.

Read More...
gravatar

where is the phone ? (end)

Setelah semua murid kembali ke kelas masing-masing, tak lama kemudian guru datang dan pelajaran pun dimulai. Arsyad tidak begitu mendengarkan pelajaran yang diterangkan guru saat itu, matanya terus saja menatap keluar kelas. Pemuda itu terus saja memandangi pintu kantor guru yang berada diseberang kelasnya. Tampaknya Arsyad sedang menunggu seseorang, Listya tepatnya. Sekitar 10 menit kemudian, Listya terlihat keluar dari kantor guru dan mulai berjalan menuju kelasnya. Arsyad yang sepertinya sudah menunggu kesempatan tersebut pun segera bergegas keluar dari kelas dengan beralasan ingin ke kamar mandi. Ia lalu menghampiri Listya.


''Aku sudah tau pelakunya,'' ucap Arsyad.

''Benarkah??'' seru Listya dengan wajah yang berseri.

''Ya. Tidak hanya itu, sepertinya aku juga sudah tau dimana handphonemu berada,'' jawab Arsyad.

''Sungguh?! Dimana kalau boleh tau, Syad?''

''Masih di dalam kelas,'' kata Arsyad singkat.

''Tapi bukankah OSIS sudah memeriksa semua tas dan laci meja?'' tanya Listya.

Arsyad hanya tersenyum. ''Sepulang sekolah nanti, temui aku di depan gerbang sekolah. Kita tangkap pelakunya berdua,'' lanjutnya masih dengan tersenyum.

Keduanya kemudian berpisah dan kembali kekelas masing-masing. Sisa siang itu pun terasa sangat cepat bagi Arsyad.

Saat bel pulang sekolah berbunyi, Arsyad segera bergegas pergi ke gerbang sekolah. Rama yang tadi sempat melihat pertemuan Arsyad dengan Listya, mencoba mengejar Arsyad. Di depan gerbang, Rama akhirnya berhasil mengejar Arsyad.

''hei, ke..kenapa buru-buru sih?'' tanya Rama yang masih sedikit terengah-engah.

''Gak apa-apa, kok'' jawab Arsyad.

''Oiya, kau dan Tia tadi ngomongin apaan?'' tanya Rama.

''Aku cuma memberitahu dia kalau aku sudah tahu siapa pelakunya, dan kami berencana menangkapnya setelah pulang sekolah,'' jelas Arsyad.

''Benarkah? Kau sudah tau? Siapa, Sad? Gilbert kan? Pasti dia, kan?'' seru Rama yang tampaknya sangat yakin pelakunya adalah Gilbert.

''Sayangnya bukan. Bukan Gilbert pelakunya,'' ucap Arsyad singkat.

''Lalu siapa?'' tanya Listya yang ternyata telah berdiri dibelakang Arsyad dan Rama.

''Kau sudah datang, ya. Kalau begitu kita tunggu sampai sekolah agak sepi..!'' kata Arsyad.

Lima belas menit kemudian, sekolah telah tampak sepi. Rama yang sudah tidak sabar menunggu, bertanya pada Arsyad. ''Berapa lama lagi kita harus menunggu, Syad?''

''Sepertinya sudah cukup. Ayo ke kelasmu, Tya!'' ajak Arsyad. ''Sebenarnya kuncinya adalah sesuatu yang ada disekitar resleting tas milikmu. Kau merasakannya tidak, Tya?'' Arsyad mulai menjelaskan.

''Umm, disekitar resleting tas ya?'' Listya tampak mengingat-ingat sesuatu. ''Lengket. Iya, lengket. Waktu aku mau buka tas ku, terasa agak lengket disekitar resletingnya'' kata Listya kemudian.

''Ya, kemungkinan sebelum pelakunya mengambil Handphone, dia sedang melakukan aktivitas yang berhubungan dengan lem atau semacamnya sehingga sisa-sisa lem yang ada di jari pelaku sempat menempel disekitar resleting saat si pelaku mencoba membuka tas'' jelas Arsyad.

''Oh, begitu ya. Berarti pelakunya antara Dodik atau Alisa..hmm..tapi bukankah Heru juga agak aneh. Dia menghabiskan waktu terlalu lama untuk sekedar mengambil uang sakunya yang ketinggalan,'' seru Rama mencoba menganalisa.

''Heru memang tidak hanya mengambil uang saku waktu itu,'' jawab Arsyad.

''Berarti dia ya pelakunya?'' tanya Rama penasaran.

''Bukan dia,'' jawab Arsyad singkat. "Dia memang melakukan hal lain selain mengambil uang saku, tapi itu tidak ada hubungannya dengan kasus ini. Kalian bisa menanyakannya pada Alisa nanti," tambah Arsyad yang semakin membuat kedua orang yang berjalan disampingnya penasaran. ''Setelah mengambil handphone, si pelaku kemudian menyembunyikannya di tempat yang tidak terduga,'' lanjut Arsyad mengembalikan topik pembicaraan.

''Dimana? Siapa? Arrrggh...lama-lama kau membuatku gila, Sad..'' teriak Rama yang sangat ingin tau.

Ketika mereka bertiga sampai disamping depan pintu kelas Listya, Arsyad menghentikan langkahnya tiba-tiba.

''Ada apa?'' tanya Listya yang juga menghentikan langkahnya.

''Pelakunya menyembunyikan handphone itu di bawah bangkunya. Caranya, setelah handphone tersebut berhasil di ambil dan dimatikan, si pelaku kemudian membungkusnya sedemikian rupa dan menempelkan bungkusan tersebut di sisi bangku bagian bawah dengan semacam sealtip atau boubletip. Karena karakteristik bangku disekolah ini agak berbeda -yaitu setiap sisi yang menghubungkan kaki-kaki bangku sedikit tertutup- maka memberi cukup ruang untuk menyembunyikan sesuatu di tempat itu'' Ucap Arsyad tiba-tiba.

''Oh, benar juga. Aku juga sering menyembunyikan bekas permen karet di situ'' kata Rama.

''Kalau begitu pelakunya adalah..'' kata Listya yang buru-buru dipotong Arsyad.

''Ya, dia membungkus handphone itu dengan kertas sampul berwarna cokelat agar tidak terlalu mencolok -karena bangku selah juga berwarna cokelat- dan menyembunyikannya ditempat tersebut..''

''Jadi pelaku yang mengambil handphone milik Listya adalah,'' Seru Arsyad bersamaan dengan keluarnya seorang murid dari kelas Listya. ''Kau, Dodik,'' Arsyad menunjuk murid yang baru saja keluar dari kelas yang ternyata adalah Dodik.

''Kau ini bicara apa, Syad?!'' teriak Dodik.

''Udahlah, jangan pura-pura. Kembalikan handphonenya cepat, sebelum tanganku yang bertindak nih..!!'' seru Rama.

''Jadi kalian masih menuduhku? Bukan aku pelakunya!!'' sanggah Dodik.

''Lalu kenapa kau masih ada di kelas sampai jam segini?'' tanya Arsyad yang tetap tenang.

''Ee..itu, itu.. Aku mengambil barangku yang tertinggal'' jawab Dodik yang terlihat mulai berkeringat.

''Sudahlah Dik, aku sudah tau semuanya," Arsyad terlihat yakin. "Aku mengetahuinya saat aku meminjam pulpenmu. Pulpen tersebut terasa sedikit lengket sama seperti pada resleting tas milik Listya,'' jelas Arsyad. ''Jika kau tetap tidak mau mengaku, tidak apa-apa. Tapi izin kan kami memeriksa tasmu sekali lagi..!!'' tambahnya.


Dodik yang gugup dan berkeringat tampak sedang berpikir sejenak. Namun kemudian, ia tertunduk lesu. Dodik lalu membuka tas miliknya dan mengeluarkan sebuah bungkusan. Bungkusan tersebut kemudian diberikan kepada Listya. ''Maaf Tya, memang aku lah yang mengambil handphonemu," aku Dodik. "Aku terpaksa. Adikku sedang sakit, dan orangtuaku tidak punya cukup uang untuk memeriksakannya ke dokter..''

Listya menerima bungkusan itu dan membukanya sehingga terlihatlah benda berbentuk kotak dengan gantungan boneka panda diujungnya yang sangat dikenali wanita itu.

''Apa kalian akan melaporkanku?'' tanya Dodik dengan cemas. ''Kumohon jangan,'' pintanya. ''Setelah kehilangan kakinya, ayahku tidak bisa bekerja lagi. Jadi akulah yang menggantikan posisinya sekarang..''

''Kehidupanmu memang berat, aku mengerti. Tapi bukan berarti kau boleh melakukan hal seperti itu,'' kata Arsyad sambil memandang mata Dodik yang mulai berkaca-kaca.

''I..iya, aku tau. Aku sangat menyesal,'' kata Dodik lirih. ''Maafkan aku,'' tambahnya yang kini diselingi dengan isakan.

''Karena handphoneku sudah kembali dan kamu pun telah menyesali perbuatanmu, tidak ada alasan untuk melaporkanmu, Dik,'' kata Listya dengan mata yang juga berkaca-kaca.

''Te..teri..ma kas..sih, Tya,'' terlihat Dodik mengatakannya sambil sesenggukan menahan tangis.

''Kau baik sekali, Tia,'' seru Rama dengan muka yang telah dibasahi air mata dan ingus.

''Hentikan wajah anehmu itu, Ram!'' kata Arsyad yang menganggap mimik wajah sedih Rama lebih terlihat sebagai mimik yang mengerikan dan aneh.

Keempatnya pun berjanji akan merahasiakan hal itu. Kemudian mereka akhirnya pulang kerumah masing-masing. Dirumah, Arsyad tiba-tiba mendapat sebuah panggilan telpon.

''Sad, aku terus kepikiran. Jika Dodik pelakunya, lalu kenapa Gilbert bersikap begitu aneh,'' teriak suara dari balik ujung telepon saat Arsyad mengangkatnya. ''Sebenarnya apa yang ada di dalam tasnya?'' tanya suara itu kemudian.

''Aku tidak tau kenapa, tapi yang pasti benda yang ada di dalam tasnya itu adalah sebuah PSP,'' jawab Arsyad yang tampaknya sangat mengenali suara sahabatnya itu.

''Ooh, PSP..'' seru Rama. ''Hmm...pasti karena si gendut itu khawatir teman-teman akan meminjam PSPnya jika mereka tau. Yah..aku paham perasaannya mengingat minggu lalu Pro-yo nya hancur dengan sempurna karena anak-anak yang meminjamnya kurang berhati-hati..''

''Aku dengar, kau adalah salah satunya,'' kata Arsyad ringan.

Diujung telpon terdengar kekehan Rama yang kemudian menutup teleponnya.

Sementara dirumah Alisa tepatnya dikamar, tampak wanita berambut lurus panjang duduk dikursi belajarnya. Mukanya kemerahan seperti orang yang baru saja tersipu. Mungkin itu akibat surat yang baru ia baca. Surat dengan amplop berwarna merah muda dengan gambar 'heart' ditengah penutupnya membuat wanita itu tersipu malu dan kadang tertawa kecil saat membaca isinya. Alisa baru pertama mendapat surat cinta sehingga ia agak sedikit kaget pada awalnya, mamun kemudian tampak sangat berbunga-bunga ketika tau si pengirim adalah orang yang ia suka. Di akhir kalimat surat tersebut tertulis dengan jelas disamping kanan bawah, nama pengirimnya Heru Satria.



***
CASE CLOSED
sampai jumpa di kasus berikutnya...

Read More...
gravatar

where is the phone?

Namanya Novemia Arsyad, biasa dipanggil Arsyad. Dia sekarang duduk di kelas 2 sebuah SMP negeri di Jogjakarta. Bisa dibilang ia termasuk murid yang pandai di kelasnya. Bahkan teman-temannya mengatakan harusnya ia bisa menjadi yang terpandai jika saja anak itu tidak terlalu banyak menghabiskan waktu untuk membaca manga (komik jepang). Yah..sebenarnya ia memang bisa melakukan hal tersebut jika dia mau tanpa harus mengurangi waktu membaca manganya, tapi semua itu terlihat sangat membosankan bagi remaja berparas cukup tampan tersebut. Daripada belajar giat agar meningkatkan nilai akademisnya, Arsyad lebih tertarik menghabiskan masa SMPnya dengan santai dan normal (pemuda itu tidak pernah menganggap belajar dengan giat merupakan hal yang normal).


Suatu ketika di tempat Arsyad bersekolah, saat jam istirahat telah usai, sebuah kegaduhan terdengar dari kelas yang berada disebelah kelas Arsyad. Walaupun jam istirahat telah usai namun tidak ada pelajaran saat itu karena para guru sedang rapat. Meski begitu, semua murid tidak diperbolehkan pulang sebelum jam sekolah usai. Arsyad sendiri terlihat masih sibuk membaca manga sehingga tidak terlalu memperhatikan kegaduhan yang terjadi sampai pada akhirnya seorang teman memanggilnya.

''Hei Sad, ada sesuatu yang menarik nih..!'' teriak seorang pemuda kurus yang berdiri di depan pintu kelasnya.

''Syad, bukan Sad. Berapa kali aku harus menerangkanmu soal ini, Ram?!'' sahut Arsyad tanpa mengalihkan perhatian terhadap manganya.

Karena merasa tak di gubris, pemuda yang bernama Rama tersebut kemudian menghampiri Arsyad.

''Hei Sad, aku yakin kau akan tertarik dengan hal ini. Ayo ikut denganku..!!'' seru Rama dengan semangatnya.

''Huh, Sad lagi. Sudah kubilang panggil aku Syad, bukan Sad'' sahut Arsyad ketus.

''Hhehe..sudahlah, kan itu hanya masalah sepele. Lagipula kamu sih, punya nama kuk ribet banget''

''Ribet?? Terserah kau sajalah''

''Hei..hei..hei, aku kan cuma bercanda kawan. Lagi baca apaan sih emangnya?'' tanya Rama.

''Kindaichi'' jawab Arsyad singkat.

''Wuaah, kebetulan sekali. Eh bukan bukan, ini bukan kebetulan. Mungkin ini takdir. Ya, takdir. Hmm..'' Rama kembali berseru dan kemudian mulai menyeringai aneh.

''Apaan sih?'' tanya Arsyad yang tidak mengerti maksud ucapan Rama.

''Begini sahabatku, di kelas sebelah baru aja terjadi sebuah kejadian yang sangat menarik. Benar-benar menarik'' jelas Rama dengan muka yang sok cool dan masih tetap menyeringai aneh.

''hmm..kalau dilihat dari mukamu, ini pasti tentang cara baru melihat celana dalam cewek. Iya, kan? Maaf, aku kurang tertarik sama yang begituan'' kata Arsyad.

''Hahaha..bukan itu..!! Ini bahkan jauh lebih menarik dari melihat celana dalam cewek.''

''Apa?'' tanya Arsyad.

''Kau tau Listya Ratnadewi, kan. Itu lho yang ceweknya manis tapi pemalu. Dia baru aja kehilangan handphone-nya hari ini. Ia meninggalkan handphonenya didalam tas lalu pergi keperpustakaan 1 jam sebelum istirahat. Saat istirahat usai, dia baru kembali kekelas dan mendapati handphonenya sudah tidak ada didalam tasnya'' jelas Rama yang sepertinya menunggu sesuatu muncul dari wajah Arsyad.

''Ohh.'' sahut Arsyad tanpa merubah mimik wajahnya yang sayu sedikitpun.

''Apa?! Setelah aku bercerita panjang lebar, kau hanya bilang ohh. Hanya itu? Aku kira kau akan bersemangat dan... '' Rama tidak meneruskan gerutuannya karena ia melihat Arsyad mulai bangkit dari tempat duduk.

''Sepertinya cukup menarik. Kalau begitu ayo Rama, kita coba pecahkan kasus ini'' ucap Arsyad meski dengan tenang namun terlihat sangat bersemangat sehingga terasa begitu keren.

''Hehe.., aku sudah menduganya. Kau pasti akan tertarik'' Seru Rama.

Kedua anak itu pun lalu pergi ke kelas sebelah yang ternyata telah ramai dikerumuni anak-anak lain. Setelah berhasil masuk ke dalam kelas, keduanya segera menemui Listya yang duduk di bangku guru.

''Tiaa.., sekarang kau tidak perlu khawatir lagi. Aku sudah membawa detektif Arsyad yang akan menemukan handphonemu secepat kilat'' teriak Rama dengan semangat dan kepercayaan diri yang tinggi dan kemudian tertawa keras.

''Apaan sih kau ini..?!!'' seru Arsyad sambil menjitak kepala Rama yang sedari tadi memang sangat menggiurkan untuk dijitak.

''Aku sudah mendengar cerita tentang kejadiannya dari Rama tapi sebelum kita bertindak terlalu jauh, apa kau yakin kau tidak sedang lupa tempat dimana kau menaruh handphonemu terakhir kali, Tia..??'' lanjut Arsyad yang sekarang telah memulai penyelidikannya.

''Apa maksudmu? Jelas itu tidak mungkin, kan..!!'' teriak pemuda bertubuh atletis yang berdiri disamping Listya. Pemuda itu bernama Yoan, ketua OSIS di sekolah Arsyad.

''Hei, Joan kenapa tidak mungkin? Bisa jadi Tia lupa naruhnya kan?'' sahut Rama membela sahabatnya.

''Tidak, aku masih sangat ingat  menaruhnya di dalam tas sebelum aku pergi ke perpustakaan'' ucap Listya lirih.

''Hhaa..benar kan, apa ku bilang..!!'' seru Yoan kepada Rama yang tampak menekuk bibirnya.

''Semua tas sudah diperiksa?'' tanya Arsyad entah pada siapa.

''Semua tas, laci meja, sepeda, kamar mandi, bahkan keranjang sampah sudah diperiksa namun kami tidak menemukan apa-apa'' kata seorang perempuan yang duduk disamping Listya.

''Hei May, kau tidak berpikir kedua orang aneh ini bisa membantu kan..?!'' ucap Yoan.

''Kau ini kenapa sih, Yoan? Kita sebagai OSIS sudah melakukan semua yang kita bisa, tapi belum ada hasilnya. Ya, siapa tau Arsyad bisa menemukannya.'' jawab Maya, wakil ketua OSIS.

''Hmm..jadi rentang waktunya dari saat Tya mulai meninggalkan kelas yaitu 1 jam sebelum waktu istirahat atau sekitar pukul 10.00 WIB sampai ia masuk kelas lagi saat jam istirahat usai atau sekitar pukul 11.15 WIB, benar begitu?'' kata Arsyad.

''Kalau itu kami juga sudah tau, dasar bodoh!!'' seru Yoan.

''Boleh aku periksa tas mu, Tya?'' tanya Arsyad yang tidak menghiraukan ucapan Yoan.

''Umm, iya.'' jawab Tya.

Arsyad pun kemudian menghampiri tas milik Listya dan mulai membuka resletingnya (resleting tas lho bukan resleting yg lain :p). Ketika mulai membuka tas itu, Arsyad nampaknya menemukan sesuatu.

''Apa ada orang lain yang membuka tas ini setelah kau mengetahui bahwa handphonemu hilang?'' tanya Arsyad tiba-tiba.

''tidak ada'' jawab Listya.

Mendengar jawaban Listya, Arsyad kembali memeriksa isi tas perempuan itu. Setelah selesai, ia kemudian menghampiri Listya.

''Sebelum meninggalkan kelas, apa kau ingat siapa saja yang masih berada di kelas waktu itu?'' tanya Arsyad pada Listya.

''Umm, seingatku waktu itu yang masih ada di kelas hanya Tika dan Dodik.''Jawab Listya.

''Benar Tik?'' tanya Yoan.

''I..iya, waktu itu aku sedang mengerjakan PR sejarah. Karena keasyikan, aku tidak sadar kalau kelas sudah kosong dan yang tertinggal hanya aku dan Dodik. Ta..tapi aku langsung keluar dan menyusul yang lain ke perpustakaan kuk'' jelas Tika.

''Benar begitu, Dik?'' tanya Rama.

''Sebenarnya aku tidak tahu. Waktu itu aku tertidur dan saat bangun kelas sudah kosong. Aku lalu pergi keluar untuk cuci muka dan kemudian ke perpustakaan'' cerita Dodik

''Lalu apa ada yang tahu siapa saja yang keluar masuk kelas dalam rentang waktu yang aku sebutkan tadi?'' Tanya Arsyad pada semua anak yang ada di kelas itu.

''Heru. Aku berpapasan dengannya dipintu kelas saat mau pergi ke kamar mandi'' kata Dodik mencoba mengingat-ingat.

''Ya. Aku memang masuk kelas waktu itu, tapi aku hanya mengambil uang jajanku yang tertinggal di tas.'' jelas Heru.

''Selain mereka, apa ada lagi?'' tanya Arsyad sekali lagi pada para anak yang ada di kelas tersebut.

''Masih ada 2 anak lagi. Setelah Heru keluar, masuk Alisa. Kemudian setelah Alisa keluar, datang Gilbert. Ia terus didalam sampai akhirnya rombongan besar para perempuan masuk kekelas.'' Seru seorang anak yang berdiri tepat didepan pintu yang dikerumuni banyak anak. Tangan kirinya terlihat sedang menenteng buku gambar.

''Bagaimana kau bisa tau sedetail itu, Tom?'' tanya Maya.

''Setelah istirahat pertama aku terus duduk didepan kelasku sambil menggambar sampai bel tanda istirahat kedua usai, jadi aku tahu siapa saja yang keluar masuk baik dikelasku ataupun dikelas ini'' ucap Tommy.

''Ya. Itu benar. Lagipula aku selalu disampingnya waktu itu.'' kata Rama tiba-tiba

''Disampingnya? Ngapain?'' tanya Yoan berlagak menyelidik.

''Tentu saja melihat dia menggambar, kan!'' jawab Rama.

''Sudahlah, kalian..!'' seru Arsyad.

''Alisa, Gilbert, apa benar kalian masuk ke kelas pada rentang waktu tersebut?'' lanjut Arsyad.

''Iya. Aku mengambil buku yang ketinggalan.'' kata Alisa singkat.

''sendiri? Atau ada teman yang mengetahui dengan jelas kegiatanmu saat itu?'' tanya Arsyad.

''Aku tidak yakin sih ada yang mengetahuinya karena kelas saat itu masih kosong.''

''Kalau kau, Gilbert?'' tanya Arsyad.

''Um..sekitar 5 menit setelah bel istirahat berbunyi, aku memang kembali kekelas'' jelas Gillbert.

''Dan apa yang kau lakukan dikelas saat jam istirahat?'' selidik Arsyad.

''Um..kalau itu aku..um..sebenarnya hanya..um anu waktu itu..ummm hanya membaca. Ya, hanya membaca dikelas'' jawab Gillbert terbata-bata.

''Hei, sepertinya ada yang kau sembunyikan, gendut.!!'' seru Yoan menanggapi jawaban Gillbert yang terbata-bata tadi.

''Akh, tidak tidak. Tidak ada kok..hhehe'' jawab Gillbert sambil nyengir tidak karuan.

''Jika semua tempat sudah diperiksa, ada kemungkinan Handphonenya disembunyikan ditempat yang tidak biasa'' kata Arsyad.

''Hei, tapi bisa jadi handphonenya udah ada diluar sekolah kan?'' sanggah Yoan.

''Tidak, jika melihat peraturan yang tidak memperbolehkan murid keluar dari lingkungan sekolah sebelum jam sekolah berakhir. Dengan kata lain, handphone itu masih ada di sekolah sampai saat ini.'' jelas Arsyad.

''Wow, keren Sad..!! Lalu siapa pelakunya?'' seru Rama.

''Aku belum tahu. Tapi yang pasti ada diantara 5 anak, Tika, Dodik, Heru, Alisa, dan Gilbert.'' jawab Arsyad.

''Jadi kau menuduhku, Syad?'' Teriak Heru.

''Apa alasanmu menuduhku, Syad?'' kini Dodik yang berteriak.

''Alibi kalian.'' jawab Arsyad dengan tenang.

''Alibi?!'' ucap Maya.

''Ya, alibi mereka disaat perkiraan waktu kejadian kurang kuat karena tidak ada saksi. Lagipula memang hanya mereka berlima yang sempat ada di kelas saat kelas dalam keadaan kosong.'' sahut Arsyad.

''Benar juga. Lalu siapa diantara kelima orang ini, Syad?'' tanya Rama tidak sabar.

''Sudah kubilang aku belum tau.'' jawab Arsyad.

''Tapi kalau boleh, bisakah aku memeriksa tas kalian?'' lanjut Arsyad yang kini bertanya kepada 5 anak tadi.

''Aku kan sudah memeriksa semua tas dikelas ini, bodoh!!'' seru Yoan.

''Kalau begitu mungkin kau si tuan sok pintar melewatkan sesuatu.'' jawab Arsyad singkat.

''Apa kau bilang?!'' seru Yoan lagi.

''Hentikan, Yoan!!'' kali ini Maya yang berseru.

''Kalau kamu merasa dapat menemukan sesuatu, silakan saja!'' lanjut Maya kepada Arsyad.

Kemudian Arsyad pun memeriksa kelima tas tersebut dimulai dari tas milik Tika. Dalam tas tersebut, Arsyad hanya menemukan buku-buku pelajaran. Tidak ada yang aneh. Kemudian pemuda itu melanjutkan ke tas berikutnya, yaitu tas milik Dodik. Dari tas tersebut, Arsyad menemukan segulung kertas untuk sampul buku berwarna cokelat tua, sebuah cutter, dan sebuah double tap yang tinggal separuh.

''Bisa aku pinjam pulpen yang ada disakumu, Dodik?'' tanya Arsyad tiba-tiba.

''Oh, iya. Ini..!'' sahut Dodik sambil memberikan pulpennya kepada Arsyad.

Arsyad kemudian mulai menulis sesuatu ditelapak tangannya. Setelah selesai dengan tas milik Dodik, Arsyad mulai memeriksa tas milik Heru. Disana ia menemukan sarung tangan keeper yang hanya ada 1 buah bukan sepasang, Arsyad juga menemukan secarik kertas yang kusut berisi sebuah puisi. Karena dirasa cukup, Arsyad melanjutkan ke tas berikutnya yaitu tas milik Alisa yang merupakan teman sebangku Listya. Di dalam tas Alisa, Arsyad menemukan sebotol lem kertas yang tampaknya masih baru, sebuah gunting, selusin ballpoint yang diikat dengan karet, dan sebuah amplop surat berwarna merah muda yang masih tertutup rapat.

''Alisa, kalau boleh tau, dimana kardus tempat pulpen-pulpen ini?'' tanya Arsyad sambil menunjuk ballpoint-ballpoint yang diikat dengan karet.

''Aku tidak tahu, sudah aku buang soalnya. Mungkin ditempat sampah.'' Jawab Alisa.

Setelah mendengar jawaban Alisa, Arsyad beralih ke tas terakhir milik Gilbert. Di dalam tas tersebut Arsyad tidak menemukan benda yang mencurigakan. Namun ketika ia akan mengakhiri pemeriksaannya, pemuda itu menemukan sesuatu yang aneh pada tas Gilbert. Ternyata ada sebuah tempat rahasia dibagian dalam tas tersebut. Arsyad kemudian memasukkan tangannya kedalam bagian tersebut dan ia menyentuh sebuah benda yang tak asing lagi baginya.

Tepat ketika tangan Arsyad mencoba menggenggam benda tersebut untuk mengeluarkannya dari dalam tas, beberapa guru datang.

''Heh..ada apa ini? Ayo semuanya kembali kekelas masing masing!!'' seru seorang guru.

''Listya, kamu ikut saya ke kantor guru sebentar ya!!'' seru seorang guru lainnya.

Gilbert yang sedari tadi cemas -entah karena apa- secara cepat mengeluarkan tangan Arsyad dari dalam tasnya dan menutup tasnya dengan segera. Arsyad pun terpaksa menghentikan penyelidikannya dan kembali ke kelasnya bersama Rama.

''Akh padahal tinggal sedikit lagi, para guru tadi mengganggu saja ya?'' kata Rama ketika dua pemuda tersebut sampai di depan pintu kelas mereka.

Arsyad hanya diam menanggapi ucapan Rama.

''Oiya setelah kau periksa tas mereka tadi, aku semakin yakin pelakunya adalah Gilbert. Ya, pasti dia. Benar, kan?'' bisik Rama.

Arsyad kemudian menghentikan langkahnya dan menatap Rama dengan tatapan serius. Pemuda itu lalu tersenyum seakan baru saja memenangkan sebuah lomba, dan akhirnya kembali melangkah lagi menuju bangkunya. Rama yang tidak mengerti maksud sahabatnya tersebut hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya ketika menuju bangku miliknya yang kebetulan memang berjauhan dengan bangku tempat Arsyad duduk.

***

Kira-kira siapa ya pelaku yang mengambil Hp milik Listya..??
Tika..? Dodik..? Heru..? Alisa..? atau Gilbert..?
hmm..tunggu postingan berikutnya...hhohoho
:p

Read More...

Cuap-cuap

Entri Populer

The Republic of Indonesian Blogger | Garuda di Dadaku