gravatar

Pahlawan Eteos (1)

Awan gelap menutup dengan sempurna langit jingga sore itu. Di sebuah tanah lapang, seorang pemuda dengan rambut peraknya terlihat berjalan pelan. Bau anyir darah segar dari jutaan makhluk yang terbujur kaku menutpi tanah lapang itu memang sedikit mengganggunya. Pemuda itu kemudian berhenti, melemparkan pandangannya kesegala arah. Dan yang terlihat tidak ada yang lain kecuali tubuh-tubuh tak utuh berserakan secara mengenaskan disekelilingnya. Kemungkinan beberapa waktu yang lalu telah terjadi peperangan. Sebuah perang besar yang telah membuat jutaan tubuh kekar tergeletak tak berdaya di tanah yang dingin itu. Lalu semuanya menjadi sunyi. Sangat sunyi. Suara desiran angin lembut pun dapat terdengar sangat jelas ditelinga Franky. Pemuda itu kemudian terdiam, terlihat sedang berpikir. Apa kira-kira yang menyebabkan perang ini. Namun tiba-tiba terdengar suara orang yang sedang tertawa. Hati Franky mencelos mendengarnya. Butuh waktu cukup lama untuk memastikan suara itu bukanlah suara arwah dari tubuh-tubuh disekelilingnya. Setelah mengetahui suara itu berasal dari balik bukit didepannya, tanpa pikir panjang Fanky segera berjalan menuju asal suara. Tidak mudah ternyata untuk mencapai puncak bukit dengan kondisi ribuan mayat tergeletak dimana-mana. Sesekali Franky harus menyingkirkan beberapa tubuh untuk membuka jalan. Ketika sampai dipuncak bukit, suara itu menjadi terdengar lebih jelas. Dan lebih mengerikan.


Seorang pria paruh baya dengan jubah hitam terlihat sedang berdiri-membelakangi Franky-dengan kokohnya. Ia terus saja tertawa terkekeh-kekeh sambil menyeringai kejam. Mata merah darahnya seolah telah menceritakan seberapa kejam dia. Sedangkan rambut hitam legam yang terurai panjang menutupi punggung semakin mempertegas kesan yang dimiliki pria itu. Franky yang secara diam-diam memperhatikan pria tersebut dari atas bukit entah kenapa semakin merasa dingin. Hawa dingin yang tidak biasa. Dan cukup membuat seluruh tubuh Franky gemetar ketakutan. Rasa takut itu menyeruak begitu saja bersamaan dengan datangnya hawa dingin tersebut.

''mungkinkah ini aura dari pria itu..?'' tanya Franky dalam hati.

Beberapa saat kemudian pria itu terdiam. Ia lalu menolehkan kepalanya ke kanan, atau tepatnya ke arah seorang pria yang penuh luka disekujur tubuhnya. Pria yang salah satu matanya tampak luka parah itu terasa sangat tidak asing bagi Franky. Jika kumis dan jenggot yang menutupi bagian bawah muka pria itu tidak ada, ia sangat mirip dengan ayah Franky. Dan betapa terkejutnya pemuda itu ketika menyadari bahwa pria tak berdaya yang penuh dengan luka adalah benar-benar ayahnya, Wiliam Hegarty.

Franky tak menyangka akan bertemu ayahnya dalam kondisi seperti itu. Meski rasa kebencian terhadap ayahnya masih ada namun tetap saja saat melihat kondisi ayahnya, Franky tidak tega. Pemuda itu kemudian berusaha bangkit untuk segera menolong ayahnya karena ia melihat pria berjubah hitam yang sedari tadi tertawa mulai berjalan mendekati ayah Franky dengan tatapan membunuh.

Tetapi semua usaha Franky sia-sia. Seberapa pun inginnya pemuda itu untuk bangkit, badannya tidak mau menurut. Kedua kakinya tiba-tiba terasa lemas. Sangat lemas. Sehingga mau tidak mau Franky hanya dapat melihat dan mendengarkan.
***

Cuap-cuap

Entri Populer

The Republic of Indonesian Blogger | Garuda di Dadaku